Ilmuwan Islam Ada Sebelum Newton
(istimewa)INILAH.COM, Jakarta ? Banyak yang sependapat jika fisikawan terbesar sepanjang sejarah adalah Isaac Newton. Tapi fisikawan Islam lahir lebih awal pada 965 sebelum masehi, di wilayah yang kini disebut Irak.
Isaac Newton tanpa ada yang berani membantah adalah bapak ilmu optis modern. Semua pelajaran serta buku wajib berdasarkan penelitiannya mengenai lensa dan prisma. Dialah yang melakukan penelitian mengenai cahaya dan pemantulan, serta pembiasan cahaya menjadi warna pelangi.
Sebuah laporan BBC menyebutkan dalam hal ilmu optis, Newton mempelajari dari ilmuwan yang hidup 700 tahun sebelumnya. Ilmuwan itu lahir pada 965 sebelum masehi di wilayah yang kini disebut Irak bernama al-Hassan Ibn al-Haytham.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan selama ini menyebut tidak ada ilmuwan besar diantara masa Romawi kuno hingga masa Renaissance di Eropa.
Hal itu karena Eropa barat mengalami masa kegelapan di zaman itu. Tapi di luar wilayah Eropa, sebenarnya terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Bahkan pada abad ke sembilan hingga ke tiga belas merupakan masa keemasan ilmu pengetahuan di Arab.
Wilayah itu mengalami kemajuan di bidang matematika, astronomi, pengobatan, fisika, kimia dan filosofi. Diantara ilmuwan yang menonjol pada masa itu adalah Ibn al-Haytham.
BBC menyebut Ibn-al Haytham merupakan yang melakukan investigasi awal mengenai cahaya. Oleh karena itu Ibn al-Haytham bisa disebut sebagai bapak metode ilmu modern.
Sebagai diketahui, pendekatan dalam meneliti sebuah fenomena untuk mendapatkan ilmu baru atau memperbaiki yang sudah ada, adalah melalui pengumpulan data observasi dan pengukuran. Kemudian dilakukan formulasi dan mengujicoba hipotesis untuk menjelaskan data.
Tapi banyak yang mengklaim metode ilmu modern belum terbentuk hingga awal 17 oleh ilmuwan Prancis Bacon dan Rene Descartes. Tapi metode ilmiah yang digunakan oleh Ibn al-Haytham bisa disebut yang pertama. Karena menekankan pada data eksperimen dan hasil yang didapat, menyebabkan Ibn al-Haytham sering disebut sebagai ilmuwan sejati pertama. Dia juga yang memberikan definisi paling benar bagaimana manusia bisa melihat sebuah obyek.
BBC menyebut karya Ibn al-Haytham sungguh luar biasa. Dia secara eksperimen berhasil membuktikan, misalnya saja mengenai teori emisi. Teori ini menyebut cahaya ke mata kita tergatung obyek yang kita lihat. Padahal pemikir besar semacam Plato, Euclid dan Ptolemy salah dalam menelurkan ide modern bagaimana kita melihat suatu benda.
Apa yang Ibn al-Haytham lakukan dan ilmuwan lain tidak adalah penggunaan matematika untuk menjelaskan dan membuktikan proses itu. Ibn al-Haytham juga yang melakukan penelitian pertama mengenai pembiasan cahaya menjadi warna aslinya. Selain penelitian mengenai bayangan, pelangi dan cakrawala. Dengan mengamati bagaimana sinar matahari melalui atmosfer, dia dapat memperkirakan tinggi atmosfer sekitar 100 km.
Sama seperti ilmuwan modern lain, Ibn-al Haytham memerlukan waktu menyendiri untuk fokus menulis pemikirannya termasuk karya besarnya di bidang optis.
Tapi nasib buruk pernah dialaminya. Dia dipenjara di Mesir antara 1011 hingga 1021, karena gagal menjalankan tugas dari kalifah di Kairo untuk mengatur pengairan dan mengatasi banjir sungai Nil.
Saat di Basra, Ibn al-Haytham memperkirakan banjir musim gugur sungai Nil bisa diatasi dengan kanal sebagai tempat penyimpanan air hingga musim kering. Tapi saat tiba di Kairo dia baru sadar skema yang dirancangnya itu tidak bisa dipraktekkan dari pandangan teknik.
Dia dibebaskan setelah kalifah meninggal. Ibn al-Haytham kembali ke Irak dan mengerjakan 100 karya lagi dalam bidang fisika dan matematika.
Salah satu karya besarnya mengenai mekanisme celestial, yang menjelaskan orbit planet. Karya ini dikenal belakangan karena dikembangkan di Eropa oleh Copernicus, Galileo, Kepler dan Newton.[ito]
Sumber dari sini
(istimewa)INILAH.COM, Jakarta ? Banyak yang sependapat jika fisikawan terbesar sepanjang sejarah adalah Isaac Newton. Tapi fisikawan Islam lahir lebih awal pada 965 sebelum masehi, di wilayah yang kini disebut Irak.
Isaac Newton tanpa ada yang berani membantah adalah bapak ilmu optis modern. Semua pelajaran serta buku wajib berdasarkan penelitiannya mengenai lensa dan prisma. Dialah yang melakukan penelitian mengenai cahaya dan pemantulan, serta pembiasan cahaya menjadi warna pelangi.
Sebuah laporan BBC menyebutkan dalam hal ilmu optis, Newton mempelajari dari ilmuwan yang hidup 700 tahun sebelumnya. Ilmuwan itu lahir pada 965 sebelum masehi di wilayah yang kini disebut Irak bernama al-Hassan Ibn al-Haytham.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan selama ini menyebut tidak ada ilmuwan besar diantara masa Romawi kuno hingga masa Renaissance di Eropa.
Hal itu karena Eropa barat mengalami masa kegelapan di zaman itu. Tapi di luar wilayah Eropa, sebenarnya terjadi perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. Bahkan pada abad ke sembilan hingga ke tiga belas merupakan masa keemasan ilmu pengetahuan di Arab.
Wilayah itu mengalami kemajuan di bidang matematika, astronomi, pengobatan, fisika, kimia dan filosofi. Diantara ilmuwan yang menonjol pada masa itu adalah Ibn al-Haytham.
BBC menyebut Ibn-al Haytham merupakan yang melakukan investigasi awal mengenai cahaya. Oleh karena itu Ibn al-Haytham bisa disebut sebagai bapak metode ilmu modern.
Sebagai diketahui, pendekatan dalam meneliti sebuah fenomena untuk mendapatkan ilmu baru atau memperbaiki yang sudah ada, adalah melalui pengumpulan data observasi dan pengukuran. Kemudian dilakukan formulasi dan mengujicoba hipotesis untuk menjelaskan data.
Tapi banyak yang mengklaim metode ilmu modern belum terbentuk hingga awal 17 oleh ilmuwan Prancis Bacon dan Rene Descartes. Tapi metode ilmiah yang digunakan oleh Ibn al-Haytham bisa disebut yang pertama. Karena menekankan pada data eksperimen dan hasil yang didapat, menyebabkan Ibn al-Haytham sering disebut sebagai ilmuwan sejati pertama. Dia juga yang memberikan definisi paling benar bagaimana manusia bisa melihat sebuah obyek.
BBC menyebut karya Ibn al-Haytham sungguh luar biasa. Dia secara eksperimen berhasil membuktikan, misalnya saja mengenai teori emisi. Teori ini menyebut cahaya ke mata kita tergatung obyek yang kita lihat. Padahal pemikir besar semacam Plato, Euclid dan Ptolemy salah dalam menelurkan ide modern bagaimana kita melihat suatu benda.
Apa yang Ibn al-Haytham lakukan dan ilmuwan lain tidak adalah penggunaan matematika untuk menjelaskan dan membuktikan proses itu. Ibn al-Haytham juga yang melakukan penelitian pertama mengenai pembiasan cahaya menjadi warna aslinya. Selain penelitian mengenai bayangan, pelangi dan cakrawala. Dengan mengamati bagaimana sinar matahari melalui atmosfer, dia dapat memperkirakan tinggi atmosfer sekitar 100 km.
Sama seperti ilmuwan modern lain, Ibn-al Haytham memerlukan waktu menyendiri untuk fokus menulis pemikirannya termasuk karya besarnya di bidang optis.
Tapi nasib buruk pernah dialaminya. Dia dipenjara di Mesir antara 1011 hingga 1021, karena gagal menjalankan tugas dari kalifah di Kairo untuk mengatur pengairan dan mengatasi banjir sungai Nil.
Saat di Basra, Ibn al-Haytham memperkirakan banjir musim gugur sungai Nil bisa diatasi dengan kanal sebagai tempat penyimpanan air hingga musim kering. Tapi saat tiba di Kairo dia baru sadar skema yang dirancangnya itu tidak bisa dipraktekkan dari pandangan teknik.
Dia dibebaskan setelah kalifah meninggal. Ibn al-Haytham kembali ke Irak dan mengerjakan 100 karya lagi dalam bidang fisika dan matematika.
Salah satu karya besarnya mengenai mekanisme celestial, yang menjelaskan orbit planet. Karya ini dikenal belakangan karena dikembangkan di Eropa oleh Copernicus, Galileo, Kepler dan Newton.[ito]
Sumber dari sini
Sedekah, zakat dan wakaf tunai bisa disalurkan lewat rekening:
BRI Unit Sidorejo Cepu
5880-01-005208-53-9
an. Madrasah Diniyah Manbaul Ulum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar