HANYA DUA MURID **
Meski tinggal dua murid pun, ustadz serta ustadzah tetap semangat luar biasa dalam mengajar. Sekitar 7 tahun yang lalu (2004), Waktu itu penulis masih sekolah tingkat 2 MTs, siang selepas pulang sekolah, penulis nyambi sekolah ekstra di madrasah diniyyah satu-satunya yang ada di desanya “MANBA’UL ULUM” namanya.
Saat itu murid kelas akhir (6) tinggal 2 santri saja, penulis dan satu lagi teman. Sedang teman satunya itu sudah tingkat 2 Madrasah Aliyah pada saat itu, teman-teman yang lain pada sibuk dengan kelas ekstrakulikurer sekolah, mulai dari kursus computer, kursus bahasa asing, kursus matematika, serta les-les yang lain.
Gedung Madin saat ini |
Penulis adalah satu-satunya diantara teman setingkatnya yang tidak diizinkan oleh ayahnya untuk mengikuti ekstrakulikuler sekolah yang diadakan pada tiap sore di sekolah. Beliau bilang bahwa “ilmu umum itu lebih mudah untuk dikejar dari pada ilmu agama yang sulit untuk mempelajarinya”, bahkan jarang juga ustadz yang mau mangajarkan pada akhir zaman nanti.
Salurkan donasi anda lewat rekening:
BRI Unit Sidorejo Cepu
5880-01-005208-53-9
an. Madrasah Diniyah Manbaul Ulum
BRI Unit Sidorejo Cepu
5880-01-005208-53-9
an. Madrasah Diniyah Manbaul Ulum
Di madrasah penulis sudah sampai tingkat kelas 6 kedua, karena akan di naikkan tingkat tsanawi namun muridnya tinggal dua, jadi untuk tetap berlangsungkan pelajaran-pelajaran yang telah ada di ulang tingkatannya, namun tetap meneruskan pelajaran yang sebelumnya.
Ketepatan waktu itu adik kelasnya (kelas 5) sudah tidak ada muridnya juga, adik kelas yang harusnya kelas 6 itu semua tidak mau melanjutkan madrasah lagi, karena pengaruh sosial bahkan lingkungan yang sangat awam, mengakibatkan mereka kurang minat untuk belajar pada madrasah ini. Mereka kurang termotivasi oleh khalayak pelajaran-pelajaran agama, yang menurutnya kurang begitu penting dalam mengikuti arah jalannya zaman modern.
Dunia memang sudah semakin berbalik, adik-adik kelas angkatan akhir yang sudah sangat terpengaruh oleh perubahan zaman, dengan kurangnya motivasi oleh orang tua mereka yang masih awam juga tentang masalah agama menjadikan mereka kurang minat mempelajarinya.
“Motivasi memang sangat dibutuhkan tetapi harus diiringi dengan kemauan untuk melakukannya. Apabila tidak berjalan beriringan hasilnya pun kurang maksimal. Bahkan motivasi diri sendiri yang kuat itu lebih tahan lama dari pada motivasi-motivasi lainnya”.
Di pertengahan tahun diadakannya ujian awwalu sannah (semesteran istilah sekarang), lagi-lagi hanya dua santri ini yang mengikuti, dengan celangak-celingung seorang penguji melihat bangku sekitarnya kosong seperti hari-hari biasanya. Tidak seperti kelas-kelas sebelumnya yang teman-teman penulis dan satu temannya itu belum pada sibuk sama kegiatan dunianya. Juara-pun di peroleh oleh keduanya. Yah itulah semangat gurunya tak kalah dengan semangat murid-muridnya. Alhamdulillah,… … Ini merupakan angkatan kedua dari satu kakak kelas yang bubar begitu saja setelah melampaui tiga tahun belajar di madrasah ini. Barakallah,… Moga memberikan manfa’at pada study-study selanjutnya.
Terasa manfa’atnya ketika penulis melanjutkan study di salah satu pesantren di kota beriman daerah jawa timur. Begitu di lihatkan kitab gundul tidak lagi sock, karena sudah dipelajarinya ketika masih di madrasah Manba’ul Ulum itu.
Madrasah “Manba’ul Ulum” saat semakin banyak menarik para anak-anak untuk mempelajari al-qur’an di lanjut dengan kitab-kitab kuning. Gedung yang semakin bagus dan maju yang sebelumnya di serambi-serambi masjid setempat. Santri-santri yang semakin banyak ingin mempelajari dan mengetahui akan ajaran-ajaran agama. Orang tua yang tidak sedang tergolong awam lagi karena dulunya pernah mencicipi madrasah sebelumnya, yang saat ini angkatan pertama sudah bisa menyampaikan atau membagikan apa-apa yang dulu telah di dapat di madrasah “Manba’ul Ulum” ini. Next day,…
By : Laily Badriyah
Episode : PutaR Memory
Yogyakarta, 22 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar